Sejarah Lengkap dan Perkembangan Tembakau di Indonesia

By 01.28 , , ,

Sejarah Lengkap dan Perkembangan Tembakau di Indonesia di mulai sejak abad 16, sejarah tembakau sangat memebrikan arti penting bagi perkembangan cerutu di indonesia, simak ulasan selengkapnya megnenai sejarah tembakau di bawah ini.


NICOTIANA tabacum (Nicotiana spp., L.) atau lebih dikenal sebagai tembakau (tobacco) ialah sejenis tumbuhan herbal dengan ketinggian kira-kira 1.8 meter (6 kaki) dan besar daunnya yang melebar dan meruncing dapat mencapai sekurang-kurangnya 30 sentimeter (1 kaki). Tanaman ini berasal dari Amerika utara dan Amerika Selatan.
Sejarah tembakau pada mulanya digunakan oleh orang-orang asli Amerika untuk kegunaan perobatan. Sejarah mereka yang penuh dengan lagenda dan mitos banyak dikaitkan dengan tembakau. Ajaran-ajaran kepercayaan mereka juga bersangkut-paut dengan tumbuhan tembakau, di mana asap tembakau dipercaya dapat melindungi mereka dari makhluk-makhluk halus yang jahat dan sebaliknya memudahkan mereka mendekati makhluk-makhluk halus yang baik. Jika Christopher Columbus merentasi Lautan Atlantik untuk pertama kalinya pada tahun 1492, orang asli Amerika yang bermukim di New World telah menghadiahkan beliau daun tembakau dan seabad setelah itu, merokok telah menjadi kegilaan global, dan seterusnya memberi manfaat ekonomi kepada para pengusaha di Amerika Serikat.

Awal Perkembangan Tanaman Tembakau Di Indonesia

Awal perkembangan budidaya tembakau diperkirakan pada abad ke 16, terutama setelah bangsa Eropa yaitu Sepanyol , Portugis, Inggris dan Belanda menemukan dunia baru yaitu amerika. Berbagai informasi turut dibawa ke negrinnya, menambah wawasan dan perbendaharaan mereka termasuk tanaman tembakau.

Sedangkan untuk di Indonesia sendiri, awal perkembangannya di mulai dari percobaan penanaman tembakau secara besar-besaran di Indonesia dilakukan bangsa Belanda pada tahun 1830 oleh van den bosch melalui “Cultuurstelsel” yaitu disekitar semarang, jawa tengah , namun pada saat itu mengalami kegagalan. Pada tahun 1856, oleh belanda dicoba kembali penanaman tembakau secara meluas di daerah besuki, jawa timur dengan dilengkapi suatu balai penelitian , yaitu besoekisch profstation pada tahun 1910, dengan adannya balai penelitian tersebut maka usaha-usaha guna mendapatkan galur yang cocok dan diinginkan terbuka dengan cara seleksi/hibridisasi menggunakan tembakau yang telah ada / di datangkan dari luar, jenis tembakau besuki cerutu yang sekarang banyak ditanam di besuki tersebut merupakan hasil persilangan antara jenis kedu dengan jenis deli (djojosudiro, 1967). Dua tahuan kemudian , yakni pada tahun 1858 diadakan penanaman jenis tembakau cerutu lainnya di daerah Yogyakarta- Surakarta, tepatnnya di daerah klaten.
Penanaman tembakau juga dilakukan di luar Jawa, yakni di daerah Deli, Sumatra Utara yang dipelopor oleh J. Nienhuys pada tahun 1863. Dan pada tahun 1906 didirikan deli proefstation. Jenis tanah sangat berpengaruh terhadap tanaman tembakau, untuk wilayah deli sekitar S. ular dan anak sungai S. wampulah merupakan derah yang baik untuk tembakau Deli, jenis tembakau Deli merupakan jenis tembakau cerutu paling baik gun akeperluan pembungkusan cerutu.
Ketiga daerah yang disebutkan diatas ( besuki di Jawa Timur, Klaten di Jawa Tengah dan Deli di Sumatra Utara), sekarang merupakan daerah penghasil tembakau jenis cerutu yang sangat potensial bagi Indonesia. Dalam perdagangan internasional khususnnya Eropa , Indonesia masih merupakan pensuplay komoditas tembakau cerutu peringkat atas yang diperhitungkan. Dalam pasaran internasional tembakau Besuki dan Klaten lebih dikenal dengan tembakau Jawa dan tembakau Deli lebih dikenal dengan tembakau Sumatra.

Perkembangan Luas Areal, Produktivitas Dan Produksi Tembakau Indonesia
Secara umum perkembangan luas areal tembakau di Indonesia selama tahun 1971 - 2009 tampak berfluktuatif dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 3,23%.


Total luas areal tembakau menunjukkan peningkatan pada periode tahun 1971 - 1997 dengan laju pertumbuhan rata-rata mencapai 4,76% per tahun.
Menginjak tahun 1998 - 2009 terjadi kecenderungan penurunan laju pertumbuhan luas areal tembakau menjadi sebesar 0,07% per tahun. Terjadinya penurunan laju pertumbuhan luas areal tembakau pada periode tahun 1990 - 2009, dikarenakan tembakau di Indonesia hanya diusahakan oleh Perkebunan Rakyat (PR) dan Perkebunan Besar Negara (PBN), sementara Perkebunan Besar Swasta (PBS) tidak melakukan penanaman sama sekali.
Perkembangan luas areal tembakau menurut status pengusahaannya, 1971-2009
Kontribusi luas areal tembakau di Indonesia menurut status pengusahaan, (rata-rata 2005-2009)

Berdasarkan status pengusahaannya, rata-rata luas areal tembakau tahun 2005 - 2009 didominasi oleh PR sebesar 97,43%, sisanya 2,57% PBN, sementara tidak ada PBS yang melakukan penanaman tembakau.
Sejalan dengan perkembangan luas arealnya, perkembangan produksi tembakau di Indonesia juga tampak berfluktuatif. Pada periode tahun 1971 – 2009, produksi tembakau Indonesia meningkat dengan dengan laju pertumbuhan rata-rata sebesar 7,43% per tahun. Sementara laju pertumbuhan rata-rata pada periode tahun 1998 - 2009 mengalami sedikit peningkatan sebesar 1,53% per tahun. Hal ini dikarenakan, tidak ada kontribusi produksi tembakau yang berasal dari PBS pada periode tersebut. Namun demikian, secara umum terjadi peningkatan total produksi tembakau di Indonesia dari 57,35 ribu ton pada tahun 1971 menjadi 176,94 ribu ton pada tahun 2009.
Secara umum produksi tembakau PR pada periode tahun 2006 - 2009 didominasi oleh 4 provinsi, yaitu: Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Barat. Keempat provinsi tersebut memberikan kontribusi sebesar 95,22% terhadap total produksi tembakau Indonesia. Jawa Timur memberikan kontribusi sebesar 48,40%, Nusa Tenggara Barat 27,83%, Jawa Tengah 15,07%, Jawa Barat 3,92%, dan provinsi lainnya hanya memberikan kontribusi sebesar 7,78%.
Kontrubusi sentra produksi tembakau PR di Indonesia, (rata-rata 2006-2009) Berbeda dengan perkembangan luas areal dan produksinya, perkembangan produktivitas tembakau di Indonesia selama empat tahun terakhir (2006 - 2009) cenderung memiliki pola yang seragam sesuai dengan jenis pengusahaannya Rata-rata produktivitas untuk PR dan PBN masing-masing sebesar 0,86 ton/ha dan 0,64 ton/ha.

Jenis Tembakau yang ada di Indonesia
Meskipun terdapat lebih dari 50 species tembakau yang tergolong genus nicotiana, namun hanya 2 species yang mempunyai arti ekonomi cukup tinggi. Kedua species tersebut yaitu nicitiana tabaccum dan nicotiana rustica. Sebagian orang memperkirakan bahwa nicotiana tabaccum bukanlah suatu species, tetapi kelompok yang terdiri dari hibrida- hibrida yang dihasilkan dari persilangan antar nicotiana rustica dan nicotiana petuniodes. Rupanya sejarah pemuliaan tembakau ini, mencatat bahwa orang india mempunyai andil yang cukup besar untuk menghasilkan species yang bermutu seperti sekarang ini. Sebab, beratus- ratus tahun yang lalu perkawinan antar species tembakau ini banyak dilakukan oleh orang indian yang menghuni dataran tinggi di Amerika Tengah dan bagian utara Amerika Selatan.
Perbedaan yang Mencolok diantara kedua species tersebut yaitu kadar nikotinnya. Nicotiana rustica mengandung kadar nikotin tertinggi, yaitu sekitar 16 persen. Sedangkan nicotiana tabacum mempunyai kadar nikotin terendah yaitu sekitar 0.6 %. Dengan demikian, nicotiana rustica banyak untuk membuat abstrak alkalik yang akan dipergunakan sebagai insectisida atau semacam tembakau susur yang dinegara negara barat, india, dan eropa timur dikenal dengan snuff, chewing tobacco, dan lainlain. Sedangkan jenis tembakau yang banyak digunakan sekarang berasal dari species nicotiana tabacum.
Jenis jenis tembakau yang ada sekaran, biasanya diberi nama berdasarkan tempat asal tembakau tersebut terus menerus diusahakan. Telah disebutkan, bahwa kualitas tanaman tembakau banyak di pengaruhi oleh keadaan lingkungan, terutama faktor iklim dan tanah. Walaupun secara geneti tanaman tembakau tidak mengalami perubahan, namun secara fenotip tergantung pada keadaan lingkungannya. Hal ini menyebabkan jenis tembakau yang dihasilkan bebeda karena keadaamn lingkungan yang tidak sama. Dengan demikian semakin banyak nama – nama tembakau yang diusahakan berdasarkan negara asalnya, misalnya tembakau viginia yang berasal dari daerah viginia (Amerika), tembakau Turki berasal dari negara Turki. Demikian pula di Indonesia, banyak dikenal jenis- jenis tembakau berdasarkan daerah asal penananmannya, diantaranya tembakau Deli, Besuki, Payakumbuh, Bugis, Kedu, Siluk, Banyumas, Kediri, Lumajang, madura dan Rembang.
Umumnya, jenis- jenis tembakau tidak mudah dibedakan. Untuk memudahkan pembagiannya, berbagai jenis tembakau dibedakan berdasarkan waktu penanamannya dan penggunaannya.
Matnawi (1997) menyatakan, secara umum tembakau di Indonesia dapat dipisahkan menurut musim tanamnya yang terbagi menjadi dua jenis yaitu:
1. Tembakau Voor-Oogst
Tembakau semacam ini biasanya dinamakan tembakau musim kemarau atau onberegend. Artinya, jenis tembakau yang ditanam pada waktu musim penghujan dan dipanen pada waktu musim kemarau.
2. Tembakau Na-Oogst
Tembakau Na-Oogst adalah jenis tembakau yang ditanam pada musim kemarau, kemudian dipanen atau dipetik pada musim penghujan.
Berdasarkan bentuk fisiknya, tembakau di Indonesia dipasarkan dalam dua wujud, yaitu:

    Rajangan (slicing type)Tembakau rajangan sangat unik, dimana hanya terdapat di Indonesia saja. Tembakau dipasarkan dalam bentuk rajangan, dimana sebelum dipasarkan, terlebih dahulu dirajang sedemikian rupa, untuk selanjutnya dilakukan proses pengeringan dengan bantuan sinar matahari (sun cured). Berdasarkan tipe ukuran rajangannya, terbagi menjadi dua, broad cut (meliputi rajangan kasar dan sedang) dan fine cut (rajangan halus). Berdasarkan warna hasil fermentasi, tembakau rajangan dibagi menjadi dua, rajangan kuning dan hitam. Disebut rajangan kuning, sebab hasil fermentasi nantinya cenderung berwarna kuning, sedangkan rajangan hitam dikarenakan hasil fermentasi cenderung berwarna gelap.

    Krosok (leaf type) Krosok merupakan jenis yang paling banyak terdapat di dunia. Tembakau krosok dipasarkan dalam bentuk lembaran daun utuh, setelah melalui proses pengeringan. Harga tembakau krosok cenderung lebih mahal dari pada rajangan, sebab melalui tahapan yang panjang sebelum siap dipasarkan, mulai pengeringan hingga sortasi.


Berdasarkan metode pengeringannya, tembakau dibedakan menjadi:

1.    Air cured, adalah proses pengeringan daun tembakau dengan menggunakan aliran udara bebas (angin). Metode pengeringan ini memerlukan bangunan khusus (curing shed). Pengeringan dengan meode ini akan menghasilkan tembakau dengan kadar gula rendah namun tinggi nikotin.
2.    Flue cured, adalah proses pengeringan daun tembakau dengan mengalirkan udara panas melalui pipa (flue). Tembakau yang tergolong jenis ini adalah tembakau Virginia FC. Menurut Anonim (2002a), prinsip pengeringan flue cured sangat sederhana, berkurangnya kelembaban secara perlahan selama 24 – 60 jam pertama (masa penguningan) diikuti hilangnya kadar air secara cepat hingga lamina mengering, yang diikuti mengeringnya gagang.
3.    Sun cured, adalah proses pengeringan dengan menggunakan sinar matahari secara langsung (penjemuran). Proses penjemuran untuk tembakau rajangan berlangsung selama 2-3 hari, sedang krosok selama 7-10 hari. Metode ini juga dipakai untuk pengeringan tembakau Oriental, yang menghasilkan kadar gula dan nikotin yang rendah.
4.    Fire cured, adalah proses pengeringan daun tembakau dengan cara mengalirkan asap dan panas dari bawah susunan daun tembakau. Berbeda dengan flue cured, dimana bara api tidak dibiarkan membara, melainkan dijaga agar tetap mengeluarkan asap. Bahan baku yang umum digunakan agar menghasilkan asap yang cukup antara lain kayu akasia yang dicampur dengan ampas dan bongkol tebu, sehingga diharapkan menghasilkan aroma yang harum dan manis. Pengeringan dengan meode ini akan menghasilkan tembakau dengan kadar gula rendah namun tinggi nikotin.

Sentra Produksi dan Lokasi Tanam
Di Indonesia, tembakau yang baik (komersial) hanya dihasilkan di daerah-daerah tertentu. Kualitas tembakau sangat ditentukan oleh lokasi penanaman dan pengolahan pascapanen. Akibatnya, hanya beberapa tempat yang memiliki kesesuaian dengan kualitas tembakau terbaik, tergantung produk sasarannya.
Berikut adalah jenis-jenis tembakau yang dinamakan menurut tempat penghasilnya.
1.    Tembakau Deli, penghasil tembakau untuk cerutu
2.    Tembakau Temanggung, penghasil tembakau srintil untuk sigaret
3.    Tembakau Vorstenlanden (Yogya-Klaten-Solo), penghasil tembakau untuk cerutu dan tembakau sigaret (tembakau Virginia)
4.    Tembakau Besuki, penghasil tembakau rajangan untuk sigaret
5.    Tembakau Madura, penghasil tembakau untuk sigaret

Pabrik Cerutu Taru Martani, Legenda Cigar van Java
Bagi anda para pecinta tembakau, tentu sangat menggembirakan bisa berkunjung ke Taru Martani, pabrik yang memproduksi cerutu sejak tahun 1918. Anda pasti akan merasa seperti berkunjung ke tempat soulmate yang menemani sepanjang waktu dilahirkan. Bagi anda yang tak suka menikmati tembakau, setidaknya bisa melihat sejarah panjang pabrik yang menghidupi banyak orang ini.

Taru Martani berdiri pertama kali di daerah Bulu, pinggir Jalan Magelang, dengan nama N.V. Negresco. Tiga tahun kemudian, pada tahun 1921, pabrik itu pindah lokasi ke wilayahnya sekarang, Baciro, sebelah barat Stadion Mandala Krida Yogyakarta. Pada masa penujajahan Jepang, nama pabrik sempat diubah menjadi Java Tobacco Kojo. Saat itulah pabrik ini mencapai kejayaannya karena didukung oleh mesin-mesin pembuat rokok putih yang didatangkan pemerintah Jepang dari B.A.T Cirebon.

Cukup mudah bila ingin berkunjung, anda tinggal merundingkan kedatangan dengan pengelola pabrik. Setelah mendapat ijin, anda bisa menjelajahi lokasi pabrik seluas 2 hektar ini dengan dipandu oleh salah seorang karyawan. Anda bisa melihat langsung dan bertanya apapun tentang proses produksi cerutu. Tak ada biaya yang harus dikeluarkan bila ingin mengunjungi pabrik ini, namun waktunya terbatas pada hari kerja, yaitu antara Senin hingga Jumat pukul 08.00 - 14.00 WIB.

Memasuki kawasan pabrik ini, anda bisa menikmati keindahan arsitektur Eropa. Hingga kini, setiap bagian bangunan, baik ruangan produksi maupun administrasi, masih tetap dipertahankan seperti semula sehingga nuansa arsitektur Eropa masih sangat kental. Kesan angker dan muram sama sekali tak terlihat meski usia bangungan sudah puluhan tahun, sebaliknya justru terkesan dinamis.

Produksi cerutu di pabrik ini melewati beberapa tahap. Pada tahap persiapan, tembakau kering yang sebagian besar diperoleh di wilayah Besuki, Jember, Jawa Timur dikeluarkan dari gudang untuk pembasahan selama semalam. Tujuannya agar lembab dan tidak rontok saat diolah. Daun tembakau kemudian dipisahkan menurut kualitas fisiknya, ada yang digunakan untuk campuran isi cerutu, (filler), pembungkus dalam (omblad/binder) dan pembungkus luar (dekblad/wrapper).

Tembakau yang telah disortir kemudian disiapkan untuk memasuki tahap pembuatan kepompong cerutu. Pada tahap ini, cerutu dibalut dengan omblad dan selanjutnya dilinting menggunakan dekblad. Di sinilah keunikan pembuatan cerutu Taru Martani, pelintingan cerutu masih mengandalkan ketrampilan para pekerja namun bisa menghasilkan ukuran yang relatif seragam satu sama lain. Selesai tahap ini, cerutu yang telah dilinting dipotong dan disortir.

Pada tahap terakhir produksi, cerutu memasuki tahap fumigasi, pendinginan, pengeringan dan fermentasi agar hama tembakau (lasioderma) mati. Tahap ini sangat penting sebab cerutu yang bebas hama akan memiliki umur simpan yang lebih panjang dan kenikmatannya pun lebih tahan lama. Selesai tahap tersebut, cerutu diberi label atau merek, dibungkus dan dikemas untuk selanjutnya didistribusikan ke konsumen.

Hingga saat ini, Taru Martani telah memproduksi 14 jenis cerutu, yaitu Cigarillos, Extra Cigarillos, Senioritas, Panatella, Half Corona, Corona, Super Corona/Grand Corona, Boheme, Royal Perfecto, Rothschild, and Churchill. Sementara sebagai variasinya, Taru Martani memproduksi cerutu dalam tiga aroma, yaitu nature cigar atau murni tembakau, flavour cigar atau tembakau dengan tambahan aroma (mint, vanila, rhum, hazelnut) dan mild cigar.

Beberapa merek cerutu legendaris pantas dibeli dan dicicipi ketika berkunjung. Senator dan Mundi Victor adalah cerutu utama yang mesti dicoba karena telah diproduksi sejak awal berdirinya pabrik ini, meski baru diberi merek pada tahun 1952. Cerutu lain yang pantas dicoba adalah Adipati, Ramayana dan Borobudur yang telah diproduksi sejak tahun 70-an. Bila menginginkan, anda juga dapat membeli tembakau rajang dengan merek Van Nelle, Drum, dan Countryman.

Mengunjungi Taru Martani dan mencicipi cerutu buatannya membuat anda menjadi bagian dari komunitas internasional pecinta cerutu bermutu. Sebab, produk cerutu Taru Martani yang dikenal dengan Cigar van Java ini telah dinimati oleh berbagai kalangan di penjuru dunia, mulai dari Asia, Belanda, Belgia, Jerman, Cekoslovakia, Amerika dan Eropa.

sumber yogyes.com

You Might Also Like

0 komentar